Indonesia punya potensi luar biasa, namun partisipasi nasional dalam olahraga baru mencapai 25,4 persen di tahun 2023—bahkan menurun dari 28,4 persen tahun sebelumnya. Di tahun 2024 partisipasi olahraga masyarakat naik tipis 0,009 poin menjadi 26,3 persen. Kontribusi ekonomi olahraga Indonesia pun baru sekitar 0,19 persen dari total PDB pada 2024. Namun, kita tetap harus optimis, belanja masyarakat untuk olahraga – mulai dari alat hingga event – sudah tembus Rp39,5 triliun per tahun dan terus naik.
Penulis: Tutut Bina S, Pranata Humas Ahli Madya pada Deputi Bidang Pengembangan Industri Olahraga
Pernahkah kita bertanya-tanya, kenapa di negara-negara seperti Amerika, Tiongkok, atau bahkan Korea Selatan, dunia olahraga dan bisnisnya tumbuh sangat pesat? Apakah betul makin banyak warganya yang rajin berolahraga, makin maju pula industri olahraganya?
Berdasarkan sejumlah riset internasional, partisipasi aktif masyarakat dalam berolahraga terbukti menjadi fondasi berkembangnya industri olahraga nasional. Semakin banyak orang yang jogging, main futsal, bersepeda, atau sekadar rajin ke gym, semakin besar pula peluang kebutuhan dan permintaan produk serta layanan olahraga—dari sepatu, jersey, alat, hingga tiket event dan fasilitas pendukung lainnya.
Laporan Indeks Pembangunan Olahraga Kemenpora Tahun 2024 menuliskan, pasar industri olahraga dunia di tahun 2025 diprediksi tembus 599,9 miliar dolar AS, naik sekitar 8 persen per tahun dan jauh mengalahkan pertumbuhan ekonomi global yang sekitar 3,2 persen saja. Artinya, olahraga bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga motor ekonomi dengan lapangan kerja dan investasi yang terus bertambah. Yang menarik, 72 persen pasar olahraga global tahun 2020 didominasi sektor “olahraga partisipatif”—olahraga yang langsung dilakukan masyarakat seperti berlari, bersepeda, hingga senam. Termasuk juga olahraga rekreasi seperti bolabasket, futsal dan sepakbola untuk tujuan kesenangan, olahraga di alam terbuka seperti golf dan hiking, dan olahraga partisipastif lainnya. Di sinilah akar hubungan erat antara budaya aktif olahraga dan kemajuan industrinya.
Negara dengan Partisipasi Tinggi, Industri Olahraga Melejit
Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa menjadi bukti nyata bagaimana budaya olahraga mampu mendongkrak industri ini. Di Uni Eropa saja, industri olahraga menyumbang rata-rata 2,12 persen ke Produk Domestik Bruto (PDB) dan menciptakan sekitar 2,72 persen lapangan kerja (European Commission, 2012). Berdasarkan riset Wu dkk (2024) di China, setiap kenaikan output industri olahraga sebesar 1 persen mampu menumbuhkan PDB nasional mereka hampir 0,8 persen. Sektor olahraganya meliputi berbagai hal mulai perlengkapan, media, event internasional, hingga pariwisata olahraga.
Amerika sendiri dikenal sebagai “rajanya industri olahraga”, didukung partisipasi warga dalam berbagai aktivitas fisik, festival, serta konsumsi event dan barang olahraga yang sangat tinggi. Laporan dari dari National Health Interview Survey (NHIS) Amerika, pada tahun 2020, sebanyak 54,1 persen anak usia 6-17 tahun terlibat dalam kegiatan olahraga. Tak heran, tulisan Kumar & Bhalla (2021) dalam International Journal of Physical Education, Sports and Health menyebutkan nilai pasar industri olahraga Amerika diperkirakan bisa melonjak ke $1,55 milyar pada 2027. Sektor ini jadi penopang ekonomi, sekaligus penggerak inovasi di ranah teknologi dan gaya hidup sehat.
Indonesia: Potensi Besar, PR Masih Banyak
Indonesia punya potensi luar biasa, namun partisipasi nasional dalam olahraga baru mencapai 25,4 persen di tahun 2023—bahkan menurun dari 28,4 persen tahun sebelumnya. Di tahun 2024 partisipasi olahraga masyarakat naik tipis 0,009 poin menjadi 26,3 persen. Kontribusi ekonomi olahraga Indonesia pun baru sekitar 0,19 persen dari total PDB pada 2024. Namun, kita tetap harus optimis, belanja masyarakat untuk olahraga – mulai dari alat hingga event – sudah tembus Rp39,5 triliun per tahun dan terus naik.
Fenomena gaya hidup sehat kini merambah semua kota besar, dari komunitas lari, bersepeda, yoga, sampai kegiatan keluarga di ruang terbuka. Kemenpora melalui Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) menargetkan 70 persen masyarakat aktif olahraga pada tahun 2045, dengan harapan 60 persen dari mereka dapat mencapai kebugaran jasmani yang ideal. Jika target ini tercapai, bukan mustahil industri olahraga dan perekonomian Indonesia ikut terdongkrak tajam, seperti yang terjadi di negara-negara maju.
Belajar dari Dunia: Industri Olahraga itu “Ekosistem”
Apa kuncinya? Menjadikan olahraga sebagai bagian dari budaya dan gaya hidup. Negara-negara yang sukses selalu memulai dari pendidikan jasmani yang konsisten, promosi olahraga masyarakat, hingga dukungan infrastruktur yang mudah diakses masyarakat. Dari situ tumbuh industri yang sehat: produsen alat, e-commerce, event organizer, hingga teknologi fitness dan konten olahraga digital pun bermunculan dan memberi kontribusi ekonomi negara.
Hal lain yang penting, peningkatan partisipasi olahraga juga otomatis menggerakkan sektor lainnya—wisata, layanan kesehatan, media, makanan sehat, hingga perhotelan dan transportasi. Dan jangan lupa, olahraga juga memperkuat “modal sosial” melalui relasi komunitas, semangat kolaborasi, dan inklusivitas yang positif.
Hubungan antara tingkat partisipasi olahraga masyarakat dan perkembangan industri olahraga sangat erat dan saling menguatkan. Negara dengan budaya olahraga aktif terbukti lebih siap melahirkan industri yang mandiri, kreatif, serta berdaya saing global. Indonesia sudah mulai menata jalan ke arah tersebut. Tugas kita sekarang adalah ikut bergerak, jadikan olahraga bagian dari hidup, dan sama-sama dorong kemajuan industri olahraga tanah air. Yuk, bergerak hari ini!